Olimpiade Mencetak ‘Einstein Indonesia’
Ratusan siswa sekolah menengah mengikuti lomba sains. Tema yang diteliti menjawab pertanyaan di lingkungannya masing-masing. Tulang belulang ikan berserakan dekat sebuah pabrik di kawasan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Barang sisa yang dibuang oleh pengelola
pabrik pengolahan ikan ini menarik perhatian tiga pelajar SMA Negeri 90
Jakarta. Arya Marantika, Rahmat Irkham Triaji, dan Trisha Marselia
meneliti tulang ikan tuna tersebut di laboratorium sekolah yang terletak
di Kecamatan Pesanggrahan.
“Kalsium banyak ditemukan pada lima ruas tulang terbelakang ikan tuna
daripada ruas tulang sebelumnya,” kata Arya Marantika, pelajar kelas
XII sekolah tersebut. Memakan bubur tim dengan tulang ikan ini, ujar
Rahmat, bisa memenuhi sebagian kebutuhan kalsium harian sebesar 500-800
miligram ketimbang mengkonsumsi tanpa tulang ikan.
Penelitian bertajuk “Pemanfaatan Lima Ruas Tulang Terbelakang Ikan
Tuna Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Bubur Tim Instan bagi Anak di Bawah
Tiga Tahun” itu meraih gelar juara pertama (medali emas) kategori ilmu
biologi dalam Olimpiade Proyek Sains Indonesia atau Indonesia Science
Project Olympiad (ISPO) 2011. Mereka akan mewakili Indonesia pada
Olimpiade Pelajar Internasional (INEPO) di Turki.
Lomba ilmiah remaja tahunan ini Sabtu lalu ditutup oleh Wakil Menteri
Pendidikan Nasional Fasli Jalal di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.
“Keingintahuan para peserta terhadap masalah yang ada di sekitar sangat
tinggi, dan mereka mencoba mencari jawabannya,” kata Fasli, yang
melihat presentasi dan pameran peserta di Balairung Universitas
Indonesia, Depok. Ini adalah investasi kita, kata Fasli, mereka akan
menjadi “Einstein-Einstein” Indonesia di masa yang akan datang.
Panitia Olimpiade Sains menerima 618 proyek yang dikirim siswa dari
156 sekolah di 20 provinsi. Dari jumlah itu, dipilih 170 proyek yang
mengikuti babak final di Jakarta. Dewan juri, yang diketuai Umar Anggara
Jenie, mantan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, memilih para
pemenang berdasarkan enam kategori ilmu: fisika, kimia, biologi,
lingkungan, teknologi, dan komputer.
Memang banyak tema penelitian yang berkisar pada masalah di
lingkungan sehari-hari. Misalnya, peraih medali emas kategori fisika
yang diraih Revita Sari dan Yulia Sasmita, pelajar SMA Teuku Nyak Arief
Fatih Bilingual School, Nanggroe Aceh Darussalam. Pelajar kelas XI ini
merancang oven dengan bahan bakar dari sabut kelapa. Pohon kelapa
memenuhi sepanjang pesisir Aceh. Sayang, kata Revita, sabutnya banyak
dibuang. Termasuk yang ada di dekat sekolahnya.
Penelitian lain dilakukan oleh Christie Angelia Ruslim dan Juan,
peraih medali emas kategori kimia dari SMA Santa Laurensia, Banten.
Keduanya mengajukan riset dengan judul “Pemanfaatan Olahan Ban Bekas
dalam Joint Sealant dengan Lignin Sebagai Bahan Pengemisi”. Mereka
membuat aspal dari ban bekas yang diolah tersebut.
Peraih medali emas kategori teknologi diraih Andy Aulia Prahardika
dan Abyan Adam dari SMA Negeri 3 Semarang, Jawa Tengah. Kedua pelajar
ini melakukan penelitian berjudul “Sensor Banjir Landasan Pacu Efektif
dan Ramah Lingkungan”. Alat sensor yang ada saat ini, kata Andy,
harganya mahal.
Untuk kategori komputer, peraih medali emas adalah Ikhsan Brilianto
dan Greha Devana Candra, pelajar SMA Negeri 1 Yogyakarta. Mereka
mengembangkan perangkat lunak “future market” sebagai sistem belanja
solusi peningkatan fasilitas swalayan. Sedangkan untuk kategori
lingkungan, peraih medali emas berasal dari SMA Negeri 2 Kuningan, Jawa
Barat.
ISPO, yang diselenggarakan oleh Pacific Countries Social and Economic
Solidarity Association, terbuka bagi siswa SMP/MTs dan SMA/MA serta SMK
di seluruh Indonesia. Program ini mendorong para remaja mencintai ilmu
pengetahuan, membudayakan berpikir ilmiah, melakukan penelitian dan
mengembangkannya, serta menghasilkan produk ilmiah.
“Kegiatan ini menjadi wadah peneliti muda untuk berkompetisi sehat
pada tingkat nasional dan mendorong lingkungan pembelajaran yang nyata
dengan menafsirkan hal-hal yang abstrak dalam sains ke proyek yang
realistis,” kata Presiden ISPO Bambang Sudibyo. Dia berharap ISPO
membantu membangun budaya kritis, budaya melakukan penelitian, dan
menghasilkan penemuan-penemuan baru yang orisinal.
Selain mendapat medali, para pemenang ISPO mendapatkan hadiah dari
sponsor dan dikirim mengikuti kompetisi sejenis pada tingkat
internasional di Turki, Brasil, Amerika Serikat, Azerbaijan, Rumania,
serta Georgia.
Pada 2009 dan 2010, para pemenang ISPO meraih berbagai penghargaan,
di antaranya medali emas dan perak pada kompetisi I-SWEEPEP di Amerika
Serikat dan kompetisi IYIPO di Georgia. Selain itu, mereka meraih medali
emas pada kompetisi ISTE-MOSTRATED di Brasil.
Rahasia Tulang Tuna
Arya Marantika mem-booking warung internet dekat rumahnya di daerah Jurang Mangu Barat 100 meter dari rumahnya , selama sebulan atau 4 minggu berturut-turut dengan setiap minggu 2 kali ke warnet. “Saya tidak punya
komputer atau laptop,” kata pelajar SMA Negeri 90 Jakarta kelas XII
jurusan IPA itu. Bersama dua rekannya, Arya Marantika mengambil sampel tulang tuna yang dibuang
dari sebuah pabrik pengolahan ikan di dekat sekolah mereka. Tulang ikan
yang digunakan adalah ruas ke-1-5, ruas ke-6-10, ke-11-15, ke-16-20,
ke-21, 22, 23, 24, dan 25.
Dari hasil pengujian, ternyata lima ruas terbelakang tulang ikan tuna
mengandung paling banyak kalsium. Masing-masing besarnya 2,86; 2,65;
2,10; 4,00; dan 3,52 miligram Ca per 100 gram sampel. Selain itu, kata
Rahmat, memberikan lima ruas tersebut pada bubur tim dapat meningkatkan
kadar kalsium, yakni sebesar 2,89 miligram Ca per 100 gram bubur tim.
UNTUNG WIDYANTO
Sumber: Koran Tempo, 28 Februari 2011